Kisah Kalisom Mahmud, Atlet Perempuan Asal Bima Berprestasi

Sasambotimes- Pekan Olahraga Nasional (PON) merupakan ajang olahraga terbesar di Indonesia yang digelar setiap empat tahun sekali. PON menghadirkan berbagai cabang olahraga dan diikuti oleh atlet-atlet terbaik dari seluruh provinsi di Indonesia. PON Aceh-SUMUT, yang diselenggarakan pada tanggal 9 hingga 20 September 2024, menjadi ajang yang sangat bergengsi dan penuh tantangan. Untuk sampai ke tahap ini, para atlet harus melewati berbagai tahapan seleksi yang ketat dan persiapan yang tidak mudah.
Di antara para atlet yang bersinar di PON Aceh-SUMUT 2024, adalah seorang perempuan muda asal Desa Ngali, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima. Namanya Kalisom Mahmud, yang berhasil meraih medali perunggu pada cabang olahraga Muaythai, nomor tanding Muayboran kelas 60 kg. Prestasi ini bukan hanya sebuah pencapaian pribadi, tetapi juga menjadi kebanggaan keluarga dan semoga menjadi inspirasi bagi generasi muda di daerahnya untuk berani bercita-cita dan memperjuangkannya.
Kalisom Mahmud lahir pada 17 Desember 2000 di Ngali, sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk kota besar dan minim fasilitas olahraga. Terlahir dari keluarga yang berlatar belakang sebagai petani, tidak menghalangi semangatnya untuk berprestasi. Sejak kecil, Kalisom telah menunjukkan ketertarikan pada dunia olahraga, meskipun fasilitas dan dukungan yang tersedia sangat terbatas.
Gadis kelahiran Ngali ini mulai tertarik dengan dunia bela diri sejak duduk di bangku kelas 2 SMP dengan silat sebagai beladiri pertama yang ia tekuni di perguruan Bintang Timur. Pada tahun 2017, bakatnya mulai terlihat ketika ia berhasil meraih medali perak (Juara 2) tingkat Provinsi NTB.
Namun, perjalanannya menuju prestasi nasional dimulai pada tahun 2019 ketika ia merantau ke Jawa Barat dan belajar seni beladiri Muaythai. Mendapat dukungan penuh dari abangnya, ia bergabung dengan Camp Dragon Muaythai di Bekasi, dan sejak saat itu ia mulai serius menekuni Muaythai.
Kejuaraan pertama yang diikutinya adalah Gubernur Cup di Cirebon pada tahun 2019, di mana ia meraih dua penghargaan sekaligus yaitu medali emas (Juara 1) dan senior terbaik putri. Event ini adalah pengalaman pertamanya dalam bertanding Muaythai.
Pada tahun 2022, Kalisom kembali menunjukkan prestasinya dengan meraih medali emas (Juara 1) Muayboran pada seleknas road to sea games kambodja di Banten, berlanjut meraih medali emas (Juara 1) Muayboran dan medali perak (Juara 2) fight di PORPROV Jabar. Prestasi ini mengukuhkan posisinya sebagai salah satu atlet Muaythai terbaik di Jawa Barat. Tahun berikutnya, ia meraih medali emas (Juara 1) kelas 60 kg di Gubernur Cup Bali 2023 dan medali emas (Juara 1) di Open Turnamen Bekasi 2023. Pada BK PON Surabaya 2023, Kalisom meraih medali perak (Juara 2) untuk kategori fight dan medali perak (Juara 2) Muayboran.
Keberhasilannya ini semakin memotivasinya untuk terus berlatih dan berprestasi. Tahun 2021, Kalisom meraih medali perak (Juara 2) di KEJURNAS Kendari. Pada tahun yang sama, ia meraih medali emas (Juara 1) di BK PORPROV Jabar untuk kategori fight kelas 57 kg dan medali emas (Juara 1) Muayboran.
Pada tahun 2022, Kalisom kembali menunjukkan prestasinya dengan meraih medali emas (Juara 1) Muayboran dan medali perak (Juara 2) fight di PORPROV Jabar. Prestasi ini mengukuhkan posisinya sebagai salah satu atlet Muaythai terbaik di Jawa Barat. Tahun berikutnya, ia meraih medali emas (Juara 1) kelas 60 kg di Gubernur Cup Bali 2023 dan medali emas (Juara 1) di Open Turnamen Bekasi 2023. Pada BK PON Surabaya 2023, Kalisom meraih medali perak (Juara 2) untuk kategori fight dan medali perak (Juara 2) Muayboran.
Keberhasilan Kalisom tidak terlepas dari kerja keras dan dedikasinya. Untuk bisa mewakili Jawa Barat di PON, ia harus melalui berbagai tahap seleksi yang ketat. Setelah meraih medali emas di PORPROV Jabar.
Kalisom melanjutkan pelatihan di PELATDA untuk persiapan PON. Meskipun sempat mengalami cedera lutut yang memerlukan operasi, Kalisom tidak menyerah. Ia menjalani latihan keras bahkan saat dalam masa pemulihan, termasuk mengikuti camp pelatihan di Thailand selama dua bulan untuk mengasah keterampilan bertarung dan seni Muaythai.
Perjuangan kerasnya membuahkan hasil ketika ia berhasil meraih medali perunggu (Juara 3) di kelas 60 kg Muayboran pada PON Aceh-SUMUT 2024. Prestasi ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi dirinya dan keluarganya, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Desa Ngali. Kalisom menjadi inspirasi bagi generasi muda di desanya bahwa dengan semangat dan kerja keras, siapa pun bisa meraih prestasi meski berasal dari tempat yang minim fasilitas.
Mengikuti kejuaraan PON Aceh-SUMUT ke-XXI ini adalah kesempatan pertama yang ia dapatkan setelah melewati serangkaian seleksi dan latihan yang sulit. Banyak pelajaran dan pengalaman yang diraih sehingga menjadi bahan bakar untuk terus berlatih dan berjuang guna meraih prestasi yang lebih baik lagi pada kejuaraan-kejuaraan selanjutnya.
Kisah Kalisom Mahmud mengajarkan kita bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk meraih mimpi. Dengan tekad yang kuat dan kerja keras, apa pun bisa dicapai. Ia berharap pemerintah dan pihak terkait dapat memberikan perhatian lebih pada fasilitas latihan di daerah-daerah terpencil seperti Desa Ngali dan sekitarnya, sehingga lebih banyak lagi anak muda yang dapat meraih prestasi seperti dirinya.
Kalisom Mahmud adalah contoh nyata bahwa mimpi besar bisa terwujud dari tempat yang kecil. Semangat juangnya patut dijadikan teladan oleh generasi muda di seluruh Indonesia, terutama mereka yang berasal dari desa-desa dengan berbagai keterbatasannya.
Oleh : Ihsan Suaeb, M.Pd